KATA
PENGANTAR
Segala
puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada
Rosulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu menyelesaikan
tugas makalah ini. Dalam penyusunan tugas atau materi ini tidak sedikit
hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam
penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan orang
tua, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi.
Semoga
makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan
pemikiran kepada pembaca khususnya para pelajar. Saya sadar bahwa makalah ini
masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu saya meminta
masukannya demi perbaikan makalah saya dimasa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
Kragilan,
26 Agustus 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
.................................................................................................................
1
Daftar Isi ..........................................................................................................................
2
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
.................................................................................................................
3
Batasan Masalah
.............................................................................................................
4
Tujuan Pembahasan .........................................................................................................
4
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Isra’ Mi’raj .....................................................................................................
5
Masa Terjadinya Isra’ Mi’raj............................................................................................
5
Konteks Situasi Terjadinya Isra’ Mi’raj ..........................................................................
6
Kronologi Terjadinya Isra’ Mi’raj....................................................................................
6
Tanggapan Kaum Musyrikin Quray ................................................................................
8
Nabi Muhammad SAW Mulai Mengerjakan Sholat .......................................................
9
Isra’ Mi’raj Dengan Ruh Atau Jasad ...............................................................................
9
Hikmah Isra’ Mi’raj ........................................................................................................
10
Tahun Duka
Cita .............................................................................................................
11
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan ......................................................................................................................
14
Daftar Pustaka ....................................................................................................,.............
15
BAB I
Pendahuluan
A. Latar
Belakang
Allah
berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Isra’ ayat 1 :
سُبْحَانَ
الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ
الأقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّه هُوَ
السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
Artinya
:” Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari
Al Masjidilharam ke Al Masjidilaksa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar
Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami.
Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Q.S Al isra’:
1)
Allah s.w.t. telah mengisra'kan (memperjalankan diwaktu malam hari) Nabi
Muhammad s.a.w. dari masjidil Haram (di Makkah) ke masjidil Aqsha artinya
masjid yang jauh (di Palestina). Dahulunya orang biasa berjalan kaki dari satu
tempat ketempat, ataupun menaiki kuda, keledai, unta dan sebagainya.
Perjalanan dari Makkah ke Palestina mengambil masa lebih kurang 40 hari. Ini
adalah suatu perjalanan yang jauh, tetapi dengan kuasa Allah telah dilakukan
dalam
masa yang singkat, hanya dalam beberapa jam sahaja. Bagi orang dahulu, perrjalanan yang demikian jauh jika dapat dilakukan dalam masa beberapa jam sahaja adalah suatu hal yang luar biasa dan tidak dapat diterima oleh akal mereka. Oleh karena itu mereka yang tidak beriman seperti Abu Jahal dan pengikut-pengikutnya menggunakan peristiwa ini untuk menjatuhkan nama baik Nabi Muhammad s.a.w. dengan menuduh Nabi s.a.w. seorang pendusta dan berbagai tuduhan keji lainnya.
masa yang singkat, hanya dalam beberapa jam sahaja. Bagi orang dahulu, perrjalanan yang demikian jauh jika dapat dilakukan dalam masa beberapa jam sahaja adalah suatu hal yang luar biasa dan tidak dapat diterima oleh akal mereka. Oleh karena itu mereka yang tidak beriman seperti Abu Jahal dan pengikut-pengikutnya menggunakan peristiwa ini untuk menjatuhkan nama baik Nabi Muhammad s.a.w. dengan menuduh Nabi s.a.w. seorang pendusta dan berbagai tuduhan keji lainnya.
Mereka yang beriman dapat menerimanya karena ia merupakan salah satu tanda dari
kekuasaan Allah s.w.t. yang telah pernah diberikan kepada Rasul-rasulnya
Dalam peristiwa ini, di samping Nabi melihat tentang kebesaran-kebesaran Allah,
juga diperlihatkannya surga beserta panoramanya dan peristiwa-peristiwa yang
lain yang menakjubkan.Semua amatlah penting untuk dijadikan sebagai referensi
renungan di tengah gelombang kehidupan yang semakin runyam dan begitu
dahsyat.Dan hal yang paling utama ialah diturunkanlah sholat lima waktu
yang InsyaAllah masih kita jalankan sampai sekarang ini.
B. Batasan
Masalah
Pembahasan makalah ini hanya
terbatas pada persoalan mengenai sejarah Nabi Muhammad SAW, lebih khususnya
dalam hal sejarah Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW. Yaitu tentang pengertiannya,
masa terjadinya, kronologinya, konteks situasi terjadinya, tanggapan
orang-orang kafir Qurays tentang kejadian isra’ mi’raj, hikmah yang bisa
diambil dari peristiwa isra’ mi’raj, dan masalah-masalah lain yang berkaitan
dengan isra’ mi’raj Nabi Muhammad SAW.
C. Tujuan
Pembahasan
Tujuan dari
pembahasan ini ialah untuk memberikan penjelasan kepada pembaca tentang
bagaimana sejarah Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW Sehingga pambaca diharapkan
bisa mengetahui tentang bagaimana Allah itu memuliakan Nabi Muhammad SAW, dan
diharapkan pembaca bisa memberikan pengetahuan tentang Isra’ Mi’raj ini kepada
orang lain yang membutuhkannya.
Disamping itu pembahasan ini juga
dimaksudkan untuk memenuhi tugas dari dosen semester II mata pelajaran Sirah
Nabawiyyah dalam topik pembahasan tentang Peristiwa Isra’ Mi’raj.
BAB II
Pembahasan
A. Pengertian
Isra’ Mi’raj
Isra’
Mi’raj (Arab : الإسراء
والمعراج, al-’Isrā’ wal-Mi‘rāj) adalah
dua bagian dari perjalanan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad dalam
waktu satu malam saja. Kejadian ini merupakan salah satu peristiwa penting bagi
umat Islam , karena pada peristiwa ini Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi
wa Sallam mendapat perintah untuk menunaikan shalat lima
waktu dalam sehari semalam.
Isra’secara etimologi atau menurut bahasa artinya berjalan di waktu malam.
Isra’ secara terminologi atau menurut istilah artinya perjalanan Nabi Muhammad
s.a.w. diwaktu malam hari dari masjidil Haram (di Makkah) ke masjidil Aqsha
artinya masjid yang jauh (di Palestina).
Mi’roj secara etimologi atau menurut bahasa artinya tangga, atau alat
untuk naik dari bawah ke atas.
Mi’raj secara terminologi atau menurut istilah adalah perjalanan nabi saw dari
alam bawah (bumi) ke alam atas (langit) sampai langit yang ke tujuh sampai ke
sidratul muntaha, yakni dari Masjidil Aqsha di Palestina naik ke alam atas
melalui beberapa langit dan ke sidratul muntaha dan terakhir sampai ke Arasyi dan
Kursy dimana beliau menerima wahyu dari Allah yang mengandung perintah shalat
lima waktu.
B. Masa
Terjadinya Isra’ Mi’raj
Para
ulama tarikh banyak berselisih tentang waktu terjadinya isra’ mi’raj.Sebagian
ulama berpendapat bahwa isra’ mi’raj terjadi pada tanggal 7 Rabiul
awal,sebagian lagi pada tanggal 17 Rabiul awal, sebagian lagi pada
tanggal 27 Rabiul akhir dan sebagian lagi berpendapat bahwa isra’ mi’raj
terjadi pada tanggal tanggal 27 rajab.
Tapi sebagian besar ulama berpendapat bahwa isra’ mi’raj terjadi pada
tanggal 27 Rajab .
Sedangkan tahun terjadinya Isra’ Mi’raj terjadi pada periode akhir kenabian di
Makkah sebelum Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam hijrah
ke Madinah. Yaitu pada malam 27 Rajab tahun ke-10 kenabian.
Wallahu a’lamu bis-shawab…
C. Konteks
Situasi Terjadinya Isra’ Mi’raj
Kita
kenal Isra' wal Mi'raj terjadi sekitar setahun sebelum Hijrahnya Rasulullah SAW
ke Madinah (Yatsrib ketika itu). Ketika itu, Rasulullah SAW dalam situasi yang
sangat "sumpek", seolah tiada celah harapan masa depan bagi agama
ini. Selang beberapa masa sebelumnya, isteri tercinta Khadijah r.a. dan paman
yang menjadi dinding kasat dari penjuangan meninggal dunia. Yang kita kenal
dengan Ammul husni (tahun duka cita). Sementara tekanan fisik maunpun
psikologis kafir Qurays terhadap perjuangan semakin berat. Rasulullah seolah
kehilangan pegangan, kehilangan arah, dan pandangan itu berkunang-kunang tiada
jelas.
Dalam sitausi seperti inilah, rupanya "rahmah" Allah meliputi
segalanya, mengalahkan dan menundukkan segala sesuatunya. "warahamatii
wasi'at kulla syaei", demikian Allah deklarasikan dalam KitabNya.
Beliau di suatu malam yang merintih kepedihan, mengenang kegetiran dan
kepahitan langkah perjuangan, tiba-tiba diajak oleh Pemilik kesenangan dan
kegetiran untuk "berjalan-jalan" (saraa) melihat langsung kebesaran
singgasana Ilahiyah di "Sidartul Muntaha". Sungguh sebuah
"penyejuk" yang menyiram keganasan kobaran api permusuhan kaum kafir.
Dan kinilah masanya bagi Rasulullah SAW untuk kembali "menenangkan"
jiwa, mempermantap tekad menyingsingkan lengan baju untuk melangkah menuju ke
depan.
D. Kronologi
Terjadinya Isra’ Mi’raj
Suatu hari malaikat Jibril
datang menemui Nabi dan kemudian didatangkan buraq,
'binatang' berwarna putih yang lebih besar daripada keledai. Sekali melangkah
langkahnya sejauh pandangan mata. Dengan buraq itu Nabi melakukan isra' dari
Masjidil Haram di Mekkah ke Masjidil Aqsha (Baitul Maqdis) di Palestina.
Nabi menambatkan buroqnya dengan tali dimana para nabi sering menambatkan
kendaraannya di tempat itu. Kemudian Nabi Muhammad SAW salat dua rakaat
di Baitul Maqdis, setelah selesai sholat beliau keluar dan Jibril
mendatanginya dengan membawa segelas khamer (minuman keras) dan segelas susu.
Nabi Muhammad SAW memilih susu. Kata malaikat Jibril, "Engkau dalam
kesucian, sekiranya kau pilih khamer, sesatlah ummat engkau."
Dengan buraq pula Nabi SAW melanjutkan perjalanan bersama Jibril naik ke langit
. Setelah sampai di langit yang pertama,Jibril meminta kepada malaikat penjaga
agar dibukakan pintu langit tersebut, meraka ditanya oleh malaikat penjaga
langit, “Siapakah kamu?” Jibril Menjawab:”Saya Jibril” kemudian malaikat
penjaga langit bertanya kembali,”Dan siapa yang bersamamu?” Jibril
menjawab,”Saya bersama Muhammad”, ditanyakan lagi “Apakah Muhammad sudah diutus
oleh Allah untuk datang kesini?”, Jibril menjawab lagi,”ya,Muhammad sudah
diutus oleh Allah”. Kemudian dibukakanlah pintu langit tersebut, setelah mereka
masuk ke langit yang pertama itu, dijumpainya Nabi Adam. Nabi Adam menyambutnya
dengan hangat dan mendoakan baginya kebaikan. Perjalanan diteruskan ke langit
ke dua, dii langit ke dua dijumpainya Nabi Isa dan Nabi Yahya. Di langit ke
tiga ada Nabi Yusuf. Nabi Idris dijumpai di langit ke empat. Lalu Nabi SAW
bertemu dengan Nabi Harun di langit ke lima, dan Nabi Musa di langit ke enam.
Di setiap langit, Jibril meminta kepada malaikat penjaga langit agar dibukakan
pintu langit tersebut, mereka juga ditanya oleh penjaga masing-masing langit
dengan pertanyaan yang serupa dengan pertanyaan pada waktu di langit yang
pertama tadi.Nabi-nabi tersebut menyambutnya dengan hangat dan juga mendoakan
kebaikan sebagaimana yang dilakukan nabi Adam tadi. Kemudian Nabi bersama
Jibril melanjutkan perjalanan ke langit ke tujuh,di sana nabi menjumpai nabi
Ibrahim yang sedang menyandarkan punggungnya ke Baitul Ma’mur.Baitul Ma'mur
adalah tempat 70.000 malaikat shalat tiap harinya, setiap malaikat hanya sekali
memasukinya dan tak akan pernah masuk lagi.
Perjalanan dilanjutkan ke Sidratul Muntaha. Sidratul Muntaha adalah suatu
tempat yang sangat indah, yang tidak bisa dibayangkan keindahannya oleh
seorangpun.Dari Sidratul Muntaha didengarnya kalam-kalam .Dari sidratul muntaha
dilihatnya pula empat sungai, dua sungai non-fisik (bathin) di surga, dua
sungai fisik (dhahir) di dunia: sungai Efrat dan sungai Nil. Lalu Jibril
membawa tiga gelas berisi khamr, susu, dan madu, dipilihnya susu. Jibril pun
berkomentar, "Itulah (perlambang) fitrah (kesucian) engkau dan ummat
engkau." Jibril mengajak Nabi melihat surga yang indah.
Puncak
dari perjalanan itu adalah diterimanya perintah salat wajib. Mulanya diwajibkan
salat lima puluh kali sehari-semalam.Kemudian Nabi menemui Nabi Musa,dan Nabi
Musa menyuruh nabi untuk meminta keringanan kepada Allah, karena Nabi musa
pernah memerintahkan hal itu kepada Bani Israil,dan mereka tidak sanggup
menjalankannya. Sehingga Nabi Musa yaqin bahwa ummat Nabi Muhammadpun tidak
sanggup menjalankannya. Atas saran Nabi Musa, Nabi SAW meminta keringanan dan
diberinya pengurangan sepuluh- sepuluh setiap meminta.Akhirnya diwajibkan lima
kali sehari semalam. Nabi Muhammad kembali menemui Musa dan mengatakan bahwa
sholat wajib itu menjadi 5x shalat dalam sehari. Nabi Musa masih menyuruh Nabi
Muhammad agar kembali kepada Allah untuk meminta keringanan, Namun nampaknya
Nabi Muhammad enggan dan malu kepada Allah untuk meminta keringanan
."Saya telah meminta keringan kepada Tuhanku, kini saya rela dan
menyerah." Maka Allah berfirman, "Itulah fardlu-Ku dan Aku telah
meringankannya (menjadi 5x shalat) atas hamba-Ku. Setiap satu sholat (sebagai
pengganti dari ) sepuluh sholat, sehingga genaplah 50 kali sholat. Barang siapa
berniat melakukan kebaikan dan tidak melakukannya, maka diulis baginya satu
kebaikan.Dan barang siapa yang berniat kebaikan kemudian dia melakukannya,maka
ditulis baginya sepuluh kebaikan.Dan barang siapa berniat keburukan,dan ia
tidak melakukannya,maka tidak ditulis baginya satu keburukan. Dan barang sapa
yang berniat keburukan.
kemudian dia mngerjakannya, maka ditulis baginya satu
keburukan”.Kemudian nabi pulang dari langit pada malam itu ke Masjidil Haram di
Makkah.
E. Tanggapan
Kaum Musyrikin Qurays
Keesokan hari setelah nabi melakukan
Isra’ mi’raj, beliau datang ke Masjidi Haram dan akan menyampaikan kejadian itu
pada khalayak ramai.Abu jahal pun tidak ketinggalan menyaksikannx dengan
congkak dan sombongnya.Nabi muhammad menceritakan peristiwa tersebut pada Abu
Jahal.Nabi bercerita bahwa semalam tadi beliau pergi ke Baitul Maqdis. Tapi Abu
Jahal tidak percaya,bagaimana mungkin pada malam hari beliau di Baitul Maqdis
dan paginya sudah di Makkah. Abu Jahal menantang Nabi untuk menyampaikan
hal tersebut pada semua kaum Quraisy, dan beliau menyetujuinya.Beliau
menyampaikan ceritanya .Ada yang tertawa terbahak-bahak , ada yang keheranan,
ada yang bertepuk tangan, bahkan mengejek. Kemudian seseorang mendatangi Abu
Bakar dan menceritakan kepadanya bahwa Nabi Muhammad telah bercerita tentang
kejadian malam itu.Abu bakar membenarkan Nabi .Orang tadi keheranan karena Abu
Bakar begitu mempercayai Nabi. Sejak saat itu lah Abu Bakar diberi gelar
As-Shiddiq .Sebagian dari mereka mengemukakan berbagai prtanyaan kepada Nabi
tentang keadaan Baitul Maqdis .Bagaimana bentuk bangunannya, rupanya, jumlah
pintu, jendela, tiang, dan lain sebagainya.Sperti itu untuk menguji kebenaran
Nabi dan sebagai bantahan penghabisan bagi Nabi. Nabi menjelaskan dengan tenang
karena seketika itu Allah mengutus Jibril untuk menggambarkan Baitul Maqdis .
Mereka juga bertanya kepada Nabi tentang Iran, Irak, dan Habsy yang telah
dilewatinya, dan Nabi menjelaskan keadaannya dengan tenang dan benar. Skalipun
demikian,mereka tetap tidak percaya dan menganggap jawaban yg serta merta
jelasnya itu adalah sihir yang nyata.
F. Nabi Muhammad SAW
Mulai Mengerjakan Sholat
Pada
saat isra’ dan Mi’raj, Nabi telah menerima wahyu dari Allah SWT. Wahyu tersebut
mengandung perintah wajib mengerjakan shalat lima kali (lima waktu) sehari
kepada beliau maupun kepada segenap ummatnya. Keesokan harinya, sesudah beliau
menyampaikan berita isra’ mi’raj kepada kaum musyrikin qurays dan terutama
kepada para sahabatnya dan pengikutnya, datanglah malaikat Jibril kepada beliau
untuk menjelaskan dan mengajarkan cara sholat yang wajib dikerjakan.
Malaikat jibril datang kepada Nabi dan berkata , “Marilah sholat!” ,Nabi
kemudian melakukan shalat dzuhur 4 rakaat pada waktu matahari telah condong
(tergelincir).
Malaikat Jibril datang lagi kepada nabi pada waktu ashar dan berkata , “Marilah
shalat!”. Lalu Nabi shalat ashar 4 rakaat pada waktu bayangan menjadi sama
panjang dengan aslinya.
Malaikat Jibril datang lagi kepada nabi pada waktu magrib dan berkata, “Marilah
sholat!”, Lalu nabi sholat maghrib 3 rakaat pada waktu matahari telah
masuk(terbenam).
Malaikat jibril datang lagi kepada nabi pada waktu isya, dan berkata “Marilah
sholat!”, Lalu nabi sholat isya’ 4rakaat pada waktu telah hilang tanda merah
tempat matahari terbenam.
Kemudian Jibril datang kepada nabi pada waktu isya’,sehabis tengah malam,Jibril
berkata, “Marilah sholat!”.Kemudian Nabi sholat isya’ 4 rakaat.
Kemudian Jibril datang lagi pada waktu sebelum terbit matahari, Jibril berkata
“marilah sholat!”, kemudian beliau sholat subuh 2rakaat.
H. Isra’
Mi’raj Dengan Ruh Atau Jasad
Banyak sekali perbedaan pendapat
para ulama tentang hal ini. Apakah Nabi Muhammad menjalankan isra’ mi’raj
dengan ruhnya saja ataukah dengan jasadnya juga. Orang yang mengatakan bahwa
Isra’ dan Mi’raj Muhammad dengan ruh itu berpegang kepada keterangan dari
Umm Hani’ dan Aisyah, beliau mengatakan : “Jasad Rosulullah s.a.w. tidak
hilang, tetapi Allah menjadikan Isra’ itu dengan ruhnya”. Juga Mu’awiyyah bin
Abi Sufyan ketika ditanya tentang Isra’ Rosul menyatakan : “Itu adalah mimpi
yang benar dari tuhan. Disamping semua itu,orang berpegang pada firman Allah :
“Tidak lain mimpi yang Kami perlihatkan kepada kamu itu adalah ujian bagi
manusia.”
Sebaliknya orang yang berpendapat bahwa isra’ dari Makkah ke Baitul Maqdis itu
dengan jasad, landasanya ialah apa yang pernah dikatakan oleh Muhammad ,
bahwa dalam isra’ itu ia berada di pedalaman. Sedangkan mi’raj ke langit adalah
dengan ruh. Disamping mereka ada lagi yang berpendapat bahwa isra’ dan mi’raj
itu semuanya dengan jasad dan ruh. Wallahu a’lamu bisshawaab...
I. Makna
Pentingnya Isra’ Mi’raj
Bagaimanapun
ilmu manusia tak mungkin bisa menjabarkan hakikat perjalanan isra' mi'raj.
Allah hanya memberikan ilmu kepada manusia sedikit sekali (QS. Al-Isra: 85).
Hanya dengan iman kita mempercayai bahwa isra' mi'raj benar-benar terjadi dan
dilakukan oleh Rasulullah SAW. Rupanya, begitulah rencana Allah menguji
keimanan hamba-hamba-Nya (QS. Al-Isra:60) dan menyampaikan perintah salat wajib
secara langsung kepada Rasulullah SAW.
Makna penting isra' mi'raj bagi ummat Islam ada pada keistimewaan penyampaian
perintah salat wajib lima waktu. Ini menunjukkan kekhususan salat sebagai ibadah
utama dalam Islam. Salat mesti dilakukan oleh setiap Muslim, baik dia kaya
maupun miskin, dia sehat maupun sakit. Ini berbeda dari ibadah zakat yang hanya
dilakukan oleh orang-orang yang mampu secara ekonomi, atau puasa bagi yang kuat
fisiknya, atau haji bagi yang sehat badannya dan mampu keuangannya.
Salat lima kali sehari semalam yang didistribusikan di sela-sela kesibukan
aktivitas kehidupan, mestinya mampu membersihkan diri dan jiwa setiap Muslim.
Allah mengingatkan:
"Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur'an)
dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-
perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah
lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui
apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Ankabut:45)
J. Hikmah
Isra’ Mi’raj
Hikmah yang dapat kita ambil dari peristiwa Isro’ dan
Mi’roj:
a. Menjaga
Sholat 5 Waktu: Allah SWT memberikan hadiah sholat 5 waktu kepada Nabi
Muhammad dan umatnya supaya kita bisa ’berjumpa’ dengan Allah SWT melalui
sholat, betapa besar cinta dan rindu Allah kepada kita sehingga kita
diperintahkan untuk sholat 5 waktu. Sebagaimana hadits Rosulullah SAW diriwayatkan
didalam Shahih Bukhari : “barang siapa yang melakukan shalat sungguh ia sedang
berbicara dan bercakap-cakap dan menghadap Allah SWT”. Inniy wajjahtu wajhiya
lilladziy fatharassamaawaati wal ardhi….dst “ sungguh kuhadapkan jiwaku,
hatiku, wajah hati ku, kepada yang menciptakan langit dan bumi yaitu Allah
subhanahu wata'ala..”
b. Mempercayai,
membenarkan, dan meyakini semua apa yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW:
Sebagaimana Sahabat Abu Bakar ash-Shidiq yang selalu membenarkan apa yang
disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW. Karena pada hakikatnya semua apa yang
disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW berasal dari Allah SWT, dan tidak keluar
dari hawa nafsunya.
K. Tujuan
Isra’ Mi’raj
Tujuan yang sebenarnya dari Isra' dan Mi'raj adalah memuliakan Rasulullah dan
memperlihatkan kepadanya beberapa keajaiban ciptaan Allah sesuai dengan firman
Allah dalam surat al Isra' ayat 1 ( لنريهمنآياتنا)
Maknanya: "Agar kami memperlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda
kebesaran kami".serta mengagungkan beliau sebagai Nabi akhir zaman dan
sebaik-baik nabi di antara para nabi, sekaligus sebagai penguat hati beliau
dalam menghadapi tantangan dan cobaan yang dilontarkan oleh orang kafir Quraisy
terlebih setelah ditinggal mati oleh paman beliau Abu Thalib dan isteri beliau
Khadijah. Dari sini kita dapat mengambil kesimpulan bahwa tujuan dari Isra' dan
Mi'raj bukanlah bahwa Allah ada di arah atas, lalu Nabi naik ke atas untuk
bertemu dengan-Nya. Karena Allah ada tanpa tempat dan arah, dan tempat adalah
makhluk sedangkan Allah tidak membutuhkan kepada makhluk-Nya. Allah ta'ala
berfirman :
( فإن الله غني
عن العالمين (سورة آل عمران : 97
Maknanya : "Maka sesungguhnya Allah maha kaya
(tidak membutuhkan) dari alam semesta". (Q.S. Ali-Imran : 97)
Allah tidak disifati dengan salah
satu sifat makhluk-Nya seperti berada di tempat, arah atas, di bawahdan
lain-lain. Juga perkataan Imam ath-Thahawi :
"Allah tidak diliputi oleh salah satu arah
penjuru maupun enam arah penjuru (atas, bawah, kanan,kiri, depan, belakang),
tidak seperti makhluk-Nya yang diliputi oleh enam arah penjuru tersebut"
(lihat al 'Aqidah ath-Thahawiyyah karya al Imam Abu Ja'far ath-Thahawi)
Hal ini merupakan ijma' ulama Islam
seluruhnya, maka barang siapa yang berkeyakinan bahwa Allah bertempat dan
berarah di atas atau semua arah maka ia telah jatuh pada kekufuran.
TAHUN DUKA CITA
Menjelang
diperolehnya kenikmatan dan karunia yang agung dengan peristiwa Isra Mi’raj,
Nabi Muhammad SAW mengalami tahun dukacita yang menyesakkan dada dan
menggundahkan kalbu. Peristiwa dukacita itu adalah wafatnya dua orang yang
sangat dicintai dan dikasihi. Pertama peristiwa wafatnya Abu Thalib, seorang
paman Nabi, yang memeliharanya sejak kecil, sejak beliau berusia 8 tahun. Paman
yang senantiasa melindungi dirinya dari berbagai tindakan jahat kaum musyrik
Quraisy. Selama Abu Thalib masih hidup, orang-orang musyrik tidak pernah berani
menyakiti Nabi SAW secara berlebihan. Nabi menyatakan : “Orang-orang Quraisy
tidak menggangguku yang menyakitkan, sampai tibanya akhir hayat pamanku Abu
Thalib” (Khalid Muh. Khalid, hal, 95). Dalam berbagai kegiatan yang dilakukan
Nabi untuk berda’wah menyampaikan kebenaran, senantiasa mendapat perlindungan
dari paman yang amat dicintainya itu. Abu Thalib adalah seorang pemimpin
Quraisy yang amat disegani, serta memiliki karisma yang kuat yang berpengaruh
langsung terhadap seluruh lapisan masyarakatnya. Peristiwa kedua, terjadi tidak
begitu lama setelah wafatnya Abu Thalib, yaitu wafatnya istri tercinta,
Sayyidah Khadijah al-Qubra. Satu-satunya istri Nabi yang mendampingi perjalanan
panjangnya dalam suka dan duka, sejak Nabi berusia 25 tahun. Sayyidah Khadijah
adalah istri yang sangat setia, ia mengorbankan segala apa yang dimilikinya
bagi kejayaan Nabi dan agamanya. Khadijah al-Qubra memiliki andil yang sangat
besar dalam mengantarkan Rasul SAW dan agamanya kegerbang kesuksesan dan
kejayaan. Betapa agungnya kasih sayang Nabi terhadap istrinya sehingga beliau
mengatakan : “Allah tidak menggantikan bagiku seorang istri seperti Khadijah.
Ia orang yang pertama kali beriman, ketika semua orang mendustakan agamaku. Ia
seorang yang paling mengasihi dan mencintaiku, ketika orang-orang membenciku.
Ia pula yang mengorbankan segala apa yang dimilikinya demi kebesaran agamaku”.
Peristiwa wafatnya dua orang yang amat dicintai Nabi akhir zaman itu, menandai
terjadinya permulaan dari “tahun dukacita”. Tahun kesedihan dan kesengsaraan
yang dirasakan Nabi, keluarga dan para sahabatnya yang sangat setia. Sebaliknya
orang-orang kafir Quraisy bagaikan mendapat angin, mereka bisa bertindak
seenaknya kepada Nabi SAW, karena dua orang yang melindunginya telah tiada.
Hinaan, cemoohan dan cercaan silih berganti mereka timpakan kepada Nabi yang
mulia itu, hari demi hari. Tiada hari yang berlalu tanpa hinaan dan cercaan
dari kaum musyrik Quraisy. Hasutan jahil dan bersikap biadab mereka lakukan
kepada Nabi SAW sampai pada perbuatan yang sangat keji sekalipun. Orang-orang
Quraisy tidak segan-segan melemparkan tanah atau kotoran pada kepala Nabi,
ketika Nabi berjalan atau ketika ia sujud melakukan shalat. Fathimah, putri
Nabi lalu membersihkan kepala ayahnya, ia membersihkannya sambil menangis,
berlinang air mata. Tak ada yang lebih duka rasanya dalam kalbu seorang ayah
daripada mendengar tangis anaknya, lebih-lebih anak perempuan yang baru saja
ditinggalkan ibunya. Rasul Muhammad SAW adalah seorang ayah yang sangat
bijaksana dan penuh kasih kepada anak-anaknya. Yang kita lihat dari reaksi
beliau terhadap tangisan anak perempuannya, yang merasa sedih dan duka karena
malapetaka yang menimpa ayahnya. Peristiwa yang mengharukan itu beliau hadapi
dengan kesabaran dan berlapang dada. Semuanya dikembalikan kepada Allah dengan
penuh iman dan taqwa. Ia berkata kepada putrinya : “Jangan menangis anakku
sesungguhnya Allah akan melindungi ayahmu”. (Hayatu Muhammad, 186). Ketika
tekanan dan penghinaan orang-orang Quraisy terhadap Rasul semakin gencar
terlintas olehnya untuk melakukan perjalanan Thaif, berda’wah kepada penduduk
negeri itu. Rasul menaruh harapan semoga kaum Tsaqif yang menduduki wilayah
Thaif yang amat subur dengan udara sejuk itu mau menerima agama Allah SWT.
Penduduk Thaif ternyata amat bengis, mereka menolak kedatangan Nabi SAW,
da’wahnya mereka tolak dengan kasar. Demikian kasarnya sikap mereka kepada
Nabi, sehingga mereka menghianati kebiasaan bangsa Arab, yang selalu
menghormati tamunya. Orang-orang Thaif mengusir Nabi dengan kasar, bahkan
dilempari dengan batu. Nabi segera menghindari mereka, berlindung dibawah pohon
anggur milik Uthbah dan Syaibah. Di tempat itu beliau menengadah ke langit,
hanyut dalam suatu do’a pengaduan yang sangat mengharukan. “Wahai Allah
Tuhanku, kepada-Mu aku mengadukan kelemahan diriku, kekurangan daya upayaku dan
kehinaanku dihadapan sesama manusia. Wahai Allah Yang Maha Kasih dari segala
kasih, Engkau adalah pelindung orang-orang yang lemah dan teraniaya. Engkau
adalah pelindungku. Tuhanku, kepada siapa Engkau serahkan diriku? Apakah kepada
orang jauh yang membenciku atau kepada musuh yang menguasai diriku. Tetapi asal
Kau tidak murka padaku, aku tidak perduli semua itu. Kesehatan dan karunia-Mu
lebih luas bagiku, aku berlindung dengan cahaya-Mu yang menerangi segala
kegelapan, yang karenanya membawa kebahagiaan bagi dunia dan akhirat, daripada
murka-Mu yang akan Kau timpakan kepadaku. Engkaulah yang berhak menegurku
sehingga Engkau meridhaiku. Tiada daya dan upaya kecuali dari-Mu”.
BAB III
Penutup
Kesimpulan
Bagaimanapun
ilmu manusia tak mungkin bisa menjabarkan hakikat perjalanan isra' mi'raj.
Allah hanya memberikan ilmu kepada manusia sedikit sekali (QS. Al-Isra: 85).
Hanya dengan iman kita mempercayai bahwa isra' mi'raj benar-benar terjadi dan
dilakukan oleh Rasulullah SAW. Rupanya, begitulah rencana Allah menguji
keimanan hamba-hamba-Nya (QS. Al-Isra:60) dan menyampaikan perintah salat wajib
secara langsung kepada Rasulullah SAW.
Makna penting isra' mi'raj bagi ummat Islam ada pada keistimewaan penyampaian
perintah salat wajib lima waktu. Ini menunjukkan kekhususan salat sebagai
ibadah utama dalam Islam. Salat mesti dilakukan oleh setiap Muslim, baik dia
kaya maupun miskin, dia sehat maupun sakit. Ini berbeda dari ibadah zakat yang
hanya dilakukan oleh orang-orang yang mampu secara ekonomi, atau puasa bagi
yang kuat fisiknya, atau haji bagi yang sehat badannya dan mampu keuangannya.
Salat lima kali sehari semalam yang didistribusikan di sela-sela kesibukan
aktivitas kehidupan, mestinya mampu membersihkan diri dan jiwa setiap Muslim.
Allah mengingatkan:
"Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur'an)
dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-
perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah
lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui
apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Ankabut:45)
Daftar Pustaka
• Kitab
Nurul Yaqiin Fii siirati Sayyidil Mursalin,karya Syekh Muhammad Al-Khudhari Bek
.
• Wikipedia
bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
• Perlengkapan
Tarikh Nabi Muhammad,karya K.H Moenawar Chalil
• Muhammad
Haekal, Perjalanan Sejarah Nabi.
• http://www.shiar-islam.com/doc8.htm
No comments:
Post a Comment